Biodegradasi adalah perombakan/ pemecahan bahan organik (protein, lemak atau KH) yang dilakukan oleh mikrobia hidup
atau pemecahan zat melalui aksi mikroorganisme (seperti bakteri atau jamur) atau proses fisik alami (seperti sinar matahari).. Perombakan ini bertujuan untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk kelangsungan hidupnya.
>,<Biodegradasi Protein>,<
Degradasi protein merupakan suatu
proses pemecahan protein dari ikatan-ikatan yang terdapat di dalamnya.
Degradasi ini dapat terjadi akibat adanya pemanasan atau kontaminasi dengan zat
kimia. Pada eukariot kebanyakan gangguan terjadi pada sistem tunggal yang
meliputi ubiquitin dan proteosom. Ubiquitin pada degradasi protein
memperlihatkan bahwa keberadaan 76 protein asam amino yang sangat berlimpah dan
melibatkan reaksi proteolisis yang tergantung pada energi, dimana energi
tersebut dapat membantu proses ubiquitin dalam degradasi protein. Beberapa
penemuan menunjukkan hasil yang positif terhadap identifikasi seri tiga enzim
yang menyertakan molekul ubiquitin baik secara tunggal maupun berantai. Asam
amino lisin pada protein merupakan salah satu contoh molekul ubiquitin yang
dapat dijadikan protein target untuk proses degradasi. Suatu protein dapat
bersifat ubiquitin tergantung pada kehadiran atau tidaknya motif asam amino
yang ada di dalam protein yang merupakan pertanda sinyal keberhasilan degradasi
protein. Sinyal ini tidak memiliki karakteristik yang kompleks, tetapi ada tipe
tertentu yang dapat digunakan sebagai karakteristik, diantaranya :
1.
N-degron, merupakan suatu urutan elemen yang dipresentasikan pada N-terminal
atau rantai ujung N pada suatu protein.
2.
Sekuen PEST, dimana tipe ini merupakan tipe yang memiliki sekuen internal yang
banyak
mengandung prolin (P), asam glutamat (E), serin (S), dan treonin (T).
Komponen
yang kedua proses degradasi protein adalah proteosom, yaitu suatu struktur di
dalam protein berubiquitin. Degradasi protein pada eukariot dan prokariot dapat
mengalami perbedaan. Eukariot memiliki proteosom yang luas, struktur multi
subunit dengan sebuah koefisien sedimetasi 26S, mengandung silinder cekung 20S
dan dua ‘cap’ 19 S. Prokariot memiliki proteosom kurang kebih sama dengan
ukuran yang sama tetapi kurang kompleks dan terdiri dari berbagai salinan yang
hanya memiliki dua macam protein. Proteosom eukariotik juga mengandung 14 tipe
berbeda pada subunit protein dengan rongga yang sebagai sebagai pintu masuk,
sehingga suatu protein harus direntangkan agar dapat masuk ke dalam proteosom.
Protein yang telah terbentang akan dengan mudah memasuki proteosom.
Pembentangan ini memungkinkan terjadinya proses pengikatan energi dan terlibat
dalam struktur yang sama. Setelah pembentangan ini maka protein dapat masuk ke
dalam proteosom dan membelah menjadi rantai peptida pendek 4-10 asam amino yang
panjang. Peptida ini dapat kembali ke dalam sitoplasma dan dapat melibatkan
kembali pada sintesis protein.
Sedangkan
denaturasi adalah perubahan susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul
protein. Terjadi perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier,
dan kuartener terhadap molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan
ikatan-ikatan kovalen. Karena itu denaturasi dapat pula diartikan suatu proses
terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya
lipatan atau wiru molekul. Protein yang terdenaturasi akan berkurang
kelarutannya. Denaturasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
oleh panas, pH, bahan kimia, mekanik dan sebagainya. Masing-masing cara
mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap denaturasi protein.
>,<Biodegradasi Lemak>,<
Lemak merupakan
senyawa organik yang tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam pelarut
organik. Lemak disintesa dari 1molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak. Sehingga
dalam perombakannya lemak akan dirombak menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Jenis
mikroba yang bersifat lipolitik
Contoh bakteri
Pseudomonas, Alcaligenes, dan Stapylococcus.
Kapang: Rhizopus,
Geotrichum, Aspergillus dan Penicillium
Khamir: Candida,
Rhodotarula, Hansemula
Dalam suatu
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menentukan karakter asam lemak minyak
jarak sebelum dan sesudah oksidasi, menentukan karakter poliuretan hasil
sintesis dari asam lemak minyak jarak sebelum dan sesudah oksidasi dan
polioksietilen glikol 400 serta metilen-4.4'-difenildiisosianat, mempelajari
pengaruh penggunaan asam lemak hasil oksidasi terhadap kemudahan biodegradasi
poliuretar, hasil sintesis, dan mempelajari waktu inl:ubasi terhadap kemudahan
biodegradasi poliuretan hasil sintesis. Asam lemak yang digunakan pada
penelitian ini adalah asam lemak hasil isolasi dari minyak jarak. Oksidator
yang digunakan untuk oksidasi adalah larutan KMnOa 30 %. Identifikasi adanya
gugus hidroksil pada asam lemak sebelum dan sesudah oksidasi dilakukan dengan
Fourier Tranform Infra Red (FTIR) dan bilangan hidroksil. Sintesis poliuretan
dilakukau dengan variasi komposisi massa asam lemak : PEG 400 : MDI
berturut-turut 2 : 4 : 6 gram. Biodegradasi dilakukan dengan menggunakan lumpur
aktif dalam media malka padat pada temperatur 37°C dengan variasi lama
irtkubasi 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 hari. harakterisasi poliuretan : penentuan
gugus fungsi dengan Fourier Tran,form Infra Red (FTIR), ikatan silana melalui
derajat penggembungan, kehilangan massa dan degradabilitas serta kristalinitas
dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
asam lemak hasil oksidasi memiliki bilangan lidroksil sebesar 80.487 mg/g dan
serapan -OH lebih besar, sedangkan asam lemak tanpa oksidasi memiliki bilangan
hidroksil sebesar 27,547 mg/g dan serapan -OH yang lebih kecil. Poliuretan asam
lemak oksidasi setelah biodegradasi memiliki derajat penggembungan sebesar
55,56 % dan kristalinitas sebesar 19,345 %, sedangkan as= lemak tanpa oksidasi
setelah biodegradasi memiliki derajat pengpembungan sebesar 3,33 % dan
kristalinitas sebesar 30 %. Poliuretan asam lemak teroksidasi lebih mudah
terbiodegradasi daripada poliuretan asam lemak tanpa oksidasi. Poliuretan dari
asam lemak tanpa oksidasi tnemiliki 11 ju biodegradasi paling tinggi pada hari
ke-5 (0,2000 %/hari) sedangkan poliuretan dari asam lemak teroksidasi memiliki
laju biodegradasi paling tinggi pada hari ke-10 (0,5556 %/hari) waktu inkubasi.
>,< permasalahan >,<
Poliuretan asam lemak yang teroksidasi lebih
mudah terbiodegradasi daripada poliuretan asam lemak tanpa oksidasi, mengapa
setelah teroksidasi senyawa tersebut lebih mudah terbiodegradasi?kemudian mengapa
bukan proses reduksi yang dapat memudahkan proses biodegradasi?
Insyaallah menurut saya seperti ini.
BalasHapusdari literatur thesis yang saya dapatkan:
"... Poliuretan asam lemak oksidasi setelah biodegradasi memiliki derajat penggembungan sebesar 55,56% dan kristalinitas sebesar 19,345%, sedangkan as lemak tanpa oksidasi setelah biodegradasi memiliki derajat pengpembungan sebesar 3,33% dan kristalinitas sebesar 30%. ... Poliuretan dari asam lemak tanpa oksidasi memiliki laju biodegradasi paling tinggi pada hari ke-5 (0,2%/hari) sedangkan poliuretan dari asam lemak teroksidasi memiliki laju biodegradasi paling tinggi pada hari ke-10 (0,56%/hari) waktu inkubasi.
menurut saya itulah sebabnya Poliuretan asam lemak yang teroksidasi lebih mudah terbiodegradasi daripada poliuretan asam lemak tanpa oksidasi
Baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan saudari fitria
BalasHapusPoliuretan, yang umumnya disingkat PU, adalah apapun polimer yang terdiri dari sebuah rantai unit organik yang dihubungkan oleh tautan uretana (karbamat). Polimer poliuretan dibentuk oleh pereaksian sebuah monomer yang mengandung setidaknya dua gugus fungsional isosianat dengan monomer lainnya yang mengandung setidaknya dua gugus alkohol dalam kehadiran sebuah katalis. Perumusan poliuretan meliputi kekakuan, kekerasan, serta kepadatan yang amat beragam.dan Oksidasi adalah interaksi antara molekul oksigen dan semua zat yang berbeda . Oksidasi merupakan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion .Kadang-kadang oksidasi bukan hal yang buruk, seperti dalam pembentukan aluminium anodized super tahan lama.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2107122-pengertian-oksidasi/#ixzz2QL6nkvfy
trus tuhh kan senyawa itu tanpa dioksidasi sudah terbiodegrasikan itu mungkin karena senyawa tersebut mempunyai rantai alifatik yang panjang.dimana semakin panjang rantai alifatik suatu senyawa maka semakin mudah mengalami degradasi.Kemungkinan itulah yang menyebabkan senyawa tersebut lebih mudah terbiodegradasi.
hanya ini yang bisa saya bantu,,
sekian......
MAGOD( MAuliate GODang )
Menurut penelitian yang saya baca kemudian saya mencoba menyimpulkan pendapat saya yaitu, Poliuretan asam lemak yang teroksidasi lebih mudah terbiodegradasi daripada poliuretan asam lemak tanpa oksidasi, karena adanya faktor laju biodegradasi yang mempengaruhi,semakin lama maka semakin tinggi laju biodegradasi yang dihasilkan yang menyatakan bahwa Poliuretan asam lemak yang teroksidasi lebih mudah terbiodegradasi, reaksi Oksidasi adalah interaksi antara molekul oksigen dan semua zat yang berbeda . Oksidasi merupakan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen, atau pengikatan hidrogen, atau pengikatan electron. hal ini bisa terjadi poliretan asam lemak sepertinya rentang lebih mudah terbiodegradasi dalan keadaan dengan oksigen ketimbang tanpa oksigen yang lambat untuk terbiodegradasi
BalasHapussemoga membantu… ^_^
saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda :
BalasHapusPenelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan karakter asam lemak minyak jarak sebelum dan sesudah oksidasi,Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak hasil oksidasi memiliki bilangan lidroksil sebesar 80.487 mg/g dan serapan -OH lebih besar, sedangkan asam lemak tanpa oksidasi memiliki bilangan hidroksil sebesar 27,547 mg/g dan serapan -OH yang lebih kecil. Poliuretan asam lemak oksidasi setelah biodegradasi memiliki derajat penggembungan sebesar 55,56 % dan kristalinitas sebesar 19,345 %, sedangkan as= lemak tanpa oksidasi setelah biodegradasi memiliki derajat pengpembungan sebesar 3,33 % dan kristalinitas sebesar 30 %. Poliuretan asatn lemak teroksidasi lebih mudah terbiodegradasi daripada poliuretan asam lemak tanpa oksidasi. Poliuretan dari asam lemak tanpa oksidasi tnemiliki 11 ju biodegradasi paling tinggi pada hari ke-5 (0,2000 %/hari) sedangkan poliuretan dari asam lemak teroksidasi memiliki laju biodegradasi paling tinggi pada hari ke-10 (0,5556 %/hari) waktu inkubasi.
kemudian mengapa bukan proses reduksi yang dapat memudahkan proses biodegradasi? hal itu dikarnakan pada proses biodegradasi asam lemak bakteri bersifat aerob yaitu membutuhkan oksigen . sementara itu reduksi adalah proses kehilangan oksigen dan penangkapan hidrogen. jadi jika proses berlangsung secara reduksi paka tidak akan terjadi biodegradasi karena bakteri yang akan melakukan sintesi tidak akan bertahan hidup .
semoga bermanfaaat